Pages

Menghilang

Jumat, 25 Maret 2016

#NowPlaying Sore - Lihat

 Sekarang sudah menunjukkan pukul 17.50 WITA. Di sela-sela tugas, saya menuliskan apa yang lewat di pikiran saya tanpa permisi dan meminta untuk segera dikeluarkan melalui tulisan tanpa mengijinkan saya untuk menolak.

Tadi malam saya melihat-lihat instagram kakak-kakak senior yang sudah wisuda. Mereka mengunggah foto mereka dengan mengenakan toga yang sangat bersinar meskipun warnanya hitam, berfoto-foto bersama teman-temannya sembari memegang bunga ucapan selamat, atau apapun itu yang memancarkan ekspresi bahagia secara tidak langsung. Saya kemudian berpikir, apa yang mereka lakukan nantinya ketika selesai wisuda? ah kenapa juga saya memikirkan orang lain.

Sebenarnya saya memikirkan tentang keadaan saya nantinya ketika mengalami hal yang sama, ketika nantinya teman saya menyelesaikan studinya satu per satu. Hal pertama yang menyiksa adalah tertinggal di kampus dan melihat teman kita yang telah wisuda. Hal kedua dan yang tersial adalah apabila teman kita yang telah wisuda tiba-tiba menghilang. Menghilang disini yang saya maksud bukan hilang karena diculik atau ikut ormas sesat atau apalah, tetapi dalam hal ini yaitu menghilang dengan tidak memberikan kabar sama sekali. Orang yang dulunya selalu bersama-sama dengan kita setelah wisuda ia kembali ke daerahnya dan tidak lagi memberi kabar kepada teman-teman yang lain, itu sungguh-sungguh miris, jangankan Kuliah, SMA pun ada kejadian seperti itu. Pengalaman dari ibu saya sendiri bahwa dulu ia pernah memiliki sahabat sewaktu kuliah, tetapi setelah lulus, sahabatnya lambat laun tidak memberikan kabar pada ibu saya. Usut punya usut, ternyata teman ibu saya telah tinggal di Jepang bersama suaminya. Itu merupakan suatu hal yang menggembirakan tentunya, tetapi ibu saya cukup sedih karena tidak dapat bertemu lagi dengan sahabatnya tersebut.

Jujur saja, saya kagum dengan pertemanan ibu saya sewaktu beliau kuliah, ia memiliki kelompok pertemanan yang sampai saat ini masih terus berhubungan, persis sewaktu kuliah dulu, mereka selalu bersama. Saya pun sangat ingin memiliki pertemanan seperti itu, dimana tidak ada yang tiba-tiba menghilang dan tak diketahui kabarnya. Sesibuk-sibuknya mereka nanti, setidaknya ia mengabari kami tentang berbagai hal yang ia miliki. 

Teman

Senin, 21 Maret 2016

Teman /te·man/ n  1 kawan; sahabat; 2 orang yang bersama-sama bekerja (berbuat, berjalan); lawan (bercakap-cakap) ;  3 yang menjadi pelengkap (pasangan) atau yang dipakai (dimakan dan sebagainya) bersama-sama (menurut KBBI Online)

Berteman/ber·te·man/ v 1 berkawan; bersahabat; 2 tidak seorang diri; ada temannya; 3 beriring (dengan)

Definisi dari teman atau berteman sendiri sudah sangat jelas bahwa hal itu berarti tidak seorang diri. Saya sendiri mengakui bahwa teman saya cukup banyak, tetapi apalah artinya teman yang banyak kalau tak ada satu pun yang mengerti? Hal ini sebenarnya cukup memuakkan bagi saya sendiri karena orang yang saya anggap teman pun kadang tak pernah memahami apa yang kita inginkan, saya disini mengakui bahwa saya sedang mengalami krisis teman yang saya ingin percaya.

Teman saya banyak, tetapi yang benar-benar dekat sama saya pun dihitung jari pun hasilnya akan nihil karena memang tidak ada. Akhir-akhir ini saya dihadapkan pada situasi dimana saya hanya harus menyesuaikan diri, tetapi hal itu lambat laun malah membuat saya jenuh. Saya ingin menjalani semua secara sendiri, tetapi saya sadar bahwa kita sebagai makhluk sosial pasti akan membutuhkan manusia lain (re: teman) juga. Saya ingin memiliki banyak teman, tetapi saya tidak ingin bergantung kepada mereka, tapi hal itu sangatlah susah,percayalah. 

Saya akhirnya tersadar bahwa memiliki teman itu baik, tetapi memiliki satu teman saja yang memahami kita apa adanya merupakan suatu berkah dan anugerah tersendiri yang diberikan kepada kita. Sejauh ini saya belum mendapatkan hal itu, siapa tau di lain hari :)


(nb: Kalau kalian sedang merasakan krisis teman  seperti saya, ceritakanlah, jangan malu-malu :) )



Hujan

Senin, 14 Maret 2016

Hari ini hujan turun tanpa kenal kata berhenti 
Ada yang menyambutnya dengan gembira, ada pula yang menyambutnya dengan kesedihan, ada yang menyambutnya dengan tertawa, dan ada yang menyambutnya dengan keluhan dan bahkan ada yang menyambutnya dengan perasaan yang biasa biasa saja.

Saya sendiri menyambut hujan dengan perasaan yang cukup tenang, katakanlah saya adalah pluviophile ( a lover of rain, who finds a joy and peace of minds during rainy days), kondisi yang diciptakan oleh hujan sendiri pun memberikan rasa kenyamanan dan kesempurnaan~cinta *eh. 

Hujan adalah waktu dimana doa kita sangat cepat dijabah. Jadi, kalau misalnya teman dekat kalian ada yang mengeluh karena hujan,beritahu mereka bahwa hujan itu merupakan berkah yang diturunkan oleh Allah.

Hujan juga adalah waktu yang baik untuk kita merenung, konon katanya situasi yang diciptakan oleh hujan dapat membuat kita untuk berfikir kembali ke masa lalu *this is the fact that i found in instagram* 

Hujan bagi saya pribadi merupakan sebuah anugerah karena disaat saya butuh inspirasi, hujan selalu datang seolah-olah membawakan inspirasi itu pada saya.

Kemarin pagi, saya melihat hujan di depan teras rumah saya. Hujan itu datang di waktu matahari sedang terang-benderang. Konon katanya hujan tersebut adalah hujan orang mati. Lambat laun langit berubah menjadi mendung dan tak menyisakan matahari untuk membagi sinarnya kepada orang-orang di bumi. Mungkin bagi sebagian orang,hal itu tidak menjadi masalah tetapi bagaimana dengan sebagian orang yang sedang melakukan aktivitasnya? Saya sendiri menyimpulkan bahwa suatu hal yang tiba-tiba merupakan suatu hal yang buruk, tetapi kalau mengingat bahwa hal itu adalah hujan, saya tidak cukup berani untuk mengatakan hal itu buruk apalagi setelah hujan pasti ada hal yang indah, katakanlah itu pelangi :)

*ps: I like people who smile when it's raining 

Prefer to be a listeners?or curhat-ers?

Minggu, 13 Maret 2016

Suatu hari, ada seseorang yang datang mendekat ke arah kalian lalu menceritakan segala kisah pahit yang ia punya(re:curhat). Kalian mau tidak mau mengambil peran sebagai listeners bukan? hal ini terus-menerus terulang-ulang sampai pada akhirnya kalian menikmati pekerjaan kalian sebagai listeners. Nah, lantas pada suatu hari kalian mengalami kisah pahit yang membuat kalian berderai air mata. Nah, apa yang kalian lakukan dalam menghadapi hal tersebut? tentu ingin bercerita bukan? ketika kita bercerita lantas respon yang kita dapatkan sangat berbeda 180derajat dari yang kita harapkan. Lebay lah, Baperan lah, dan semua kata-kata yang sejenis itu lambat laun membuat kalian menjadi sangat trauma untuk kembali berbagai cerita kepada orang lain bukan? So, are you prefer to be a listeners or curhat-ers? :) 
 
FREE BLOGGER TEMPLATE BY DESIGNER BLOGS