Pages

Teori dimana-mana

Selasa, 28 Juni 2016

Selamat Sore, saya kembali untuk mengeluarkan sesuatu dipikiran saya yang membrontak ingin segera dituangkan ke blog ini. Saya ingin bercerita sedikit mengenai kehidupan kampus yang dipenuhi oleh teori-teori yg memuakkan.

Saya berada di fakultas yang sangat radikal, yup. Sosial dan Politik. Mendengar namanya saja kalian sudah pasti paham bagaimana kehidupan di dalamnya. Segala jenis mahasiswa ada, organisasi dimana-mana, dan tentunya banyak teori dan paham yang aneh-aneh yang belum pernah saya temui di Sekolah selama 12 tahun lamanya. Di kampus kita menerima berbagai teori dan faham dari arah mana saja, entah itu di kelas, di koridor, bahkan di kantin sekalipun. Entah mengapa, otak saya lelah menerima hal tersebut, saya muak mendengar orang-orang yang hanya membicarakan tentang teori dan ilmiah. Menurut saya teori-teori tersebut hanya menyiksa atau membatasi pemikiran kita, mungkin sebagian orang tidak menyetujui apa yang saya katakan, tapi jujur saja, saya lelah ketika saya berinteraksi dengan seseorang di kampus lantas mereka meresponnya dengan berbicara dengan sangat baku dan memberikan sebuah teori membuat saya lelah dan cenderung malas untuk mengajaknya berbicara. Memahami sebuah teori itu perlu, tetapi ada sebagian teori yang membatasi seseorang untuk menikmati hidup, sialnya sebagian besar orang tersebut adalah teman saya sendiri. Jujur saja saya tidak ingin mendalami teori tertentu. Alasan saya tidak menyukai teori yang beragam: 1. Saya rindu dikonstruk oleh sekolah. Saya rindu dikonstruk oleh nilai-nilai yg ada di sekolah saya yang notabene merupakan sekolah islam. Nilai yang dibawa hanya satu, tidak memiliki banyak ragam seperti di kampus yang membuat saya bingung hingga kelelahan untuk memahaminya. 2. Saya benci orang-orang berdebat karena mempertahankan argumen mengenai teori siapa yang paling benar. 

Maaf karena saya belum bisa menjadi mahasiswa yang baik, yang tidak mau mengerti teori dan cenderung membencinya. Saya suka kebebasan berpikir, itu yang ditawarkan olehnya, tetapi saya rasa kebebasan berpikir itu hanyalah sebuah kiasan. Sampai sekarang pun saya masih belum paham urgensitas untuk mendalami teori -teori. Saya ingin memahami semuanya dengan cara saya sendiri, bukan dengan cara-cara yang ditawarkan oleh sebuah teori, saya memahaminya hanya sebagai sebuah formalitas untuk saat ini.

28 Juni 2016

Mahasiswa menuju semester 3

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

 
FREE BLOGGER TEMPLATE BY DESIGNER BLOGS